Pertanyaan: Apakah kata Alkitab tentang narkoba dan minuman keras, selain untuk mengobati penyakit dan makanan?
Dalam terjemahan Inggris, tidak ada ayat dalam Alkitab yang membicarakan secara jelas dan spesifik tentang penggunaan obat-obatan untuk menenangkan atau untuk merangsang halusinasi, tetapi kita akan melihat bahwa kata dalam bahasa Yunani pharmakeia menunjuk kepada hal ini. Akan tetapi, ada beberapa ayat yang menyinggung tentang penyalahgunaan minuman alkohol, yang menghasilkan keadaan mental yang terganggu. Mari melihat beberapa ayat untuk memberikan suatu struktur dalam memeriksa topik ini.
Efesus 5:18
Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu (kata bahasa Yunani untuk “hawa nafsu” berarti “hidup yang disia-siakan, tidak bermoral; tidak bersusila, berfoya-foya”).
Amsal 23:21a
Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin.
1 Korintus 5:11
Tetapi yang kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, lapar uang, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Walaupun apa yang beberapa orang Kristen mengajarkan, tidak ada larangan dalam Firman Tuhan terhadap meminum minuman keras. Bukan dosa jika meminum bir, atau bahkan whiskey. Akan tetapi, ada larangan yang jelas mengenai kalau mabuk. Jadi seorang Kristen mungkin dapat menyimpulkan bahwa tidak meminum minuman keras sama sekali, sudah pasti akan menyingkirkan kemungkinan untuk menyalahgunakannya, dan memilih untuk tidak pernah terlibat di dalamnya. Masing-masing kita harus memilih untuk diri kita sendiri bagaimana kita berhubungan dengan ”minum minuman keras”, tetapi kita tidak mempunyai dasar alkitabiah untuk berfikir jelek terhadap saudara-saudara kita di dalam Kristus yang sekali-kali suka menegak minuman keras, tetapi tidak menjadi mabuk.
Mengapa Tuhan melarang kita menjadi mabuk? Karena hidup ini adalah peperangan rohani, dan kita harus mengendalikan diri dan berjaga-jaga (1 Tes. 5:6). Pertama, kita perlu berjaga-jaga untuk melayani Tuhan. Tuhan senantiasa menghendaki kita selaras dengan Dia, dan orang-orang mempunyai kebutuhan pada saat yang tidak terduga. Hamba Tuhan selalu ”siap sedia” dan harus siap dan bersedia untuk melayani. Kedua, musuh kita, Iblis, berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum mencari seseorang untuk ditelannya (1 Pet. 5:8). Roh-roh jahat biasanya menyusupi manusia melalui pikiran mereka, dan Alkitab dipenuhi dengan instruksi mengenai cara mengelola pikiran kita secara tepat yaitu melalui mengendalikan pikiran kita dan menjadikannya pikiran ilahi. Misalnya:
1 Petrus 1:13
Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah [mengendalikan diri] dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan apakah kehendak Tuhan: kehendakNya yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.
1 Tesalonika 5:6-8
(6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar (mengendalikan diri, pikiran harus terang-Bahasa Indonesia Sehari-hari).
(7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.
(8) Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar (mengendalikan diri, pikiran yang terang-Bahasa Indonesia Sehari-hari), berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan.
Amsal 23:7 berkata bahwa seperti seseorang berpikir, demikianlah dia. Itu karena pikiran adalah benih perkataan dan perbuatan kita. Cara kita ”memperbaharui budi (pikiran)”, dan ”sadar” adalah dengan memilih apa yang Firman Tuhan mengatakan kepada kita untuk dipikir. 2 Korintus 10:5 menyebut ini ”Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”. Beginilah caranya kita meneguhkan pikiran kita terhadap musuh kita, Setan, yang terus menerus menyerang kita dengan perangsang yang dirancang untuk menawan pikiran kita dalam arah yang tidak kudus, yang menyebabkan kita bertindak dalam cara hidup yang tidak kudus, dan akhirnya membuka pikiran kita kepada pengaruh roh jahat.
Dalam Alkitab, Tuhan memakai kata “hati” yang menunjuk kepada lubuk hati terdalam (nurani), kedalaman pikiran, di mana iman yang sejati atau ketidakpercayaan berdiam. Dia menasihati orang percaya untuk menjaga hati kita agar kita tidak memberikan peluang bagi pengaruh jahat masuk ke dalam hati kita, karena jika pengaruh jahat itu masuk, akan mengakibatkan kehancuran.
Amsal 4:23
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Pada kenyataannya, ketika seseorang mabuk, dia kehilangan pikiran. Dia tidak dapat menjaga hatinya, dan sulit atau mustahil bagi dia untuk melayani Tuhan atau umat Tuhan dengan cara yang efektif. Seseorang yang mabuk tidak efektif dalam mendoakan atau melayani orang lain. Lebih lagi, seorang pemabuk membuka dirinya sendiri kepada kemungkinan masuknya roh jahat ke dalam pikirannya dan mengakibatkan kebingungan atau kerusakan kepada dirinya sendiri atau orang lain.
Alkitab menyebutkan bahwa pemakaian obat-obatan berada dalam kategori yang sama seperti menjadi mabuk (Gal. 5:19-21), keduanya dilarang oleh Tuhan karena apa yang bisa terjadi kepada seorang, dan bagaimana keduanya membuat orang itu tidak layak untuk melayani orang lain. Akan tetapi, sebelum kita melanjutkan ke dalam ayat-ayat spesifik yang menyinggung soal obat-obatan, kita perlu mengerti sesuatu tentang Firman Tuhan. Alkitab ditulis dalam suatu cara di mana hanya mereka yang mencari kehendak Tuhan-lah yang dapat menemukannya. Mustahil bagi Tuhan untuk menulis sebuah buku yang mencakup semua dosa – kita dapat berdosa dengan cara seperti di masa ini yang tidak seorang pun dalam masa alkitabiah dulu bisa bayangkan, misalnya pornografi anak di Internet. Firman Tuhan adalah “untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16), instruksi umum yang dapat diterapkan oleh orang bijaksana. LSD, metana kristal, ganja, dsb, tidak ada pada masa alkitabiah, jadi Tuhan tidak menyinggungnya di Alkitab. Apa yang Tuhan katakan, dengan berbagai cara, adalah bahwa orang Kristen adalah pelayan Tuhan kepada umat-Nya, dan harus waspada serta siap sedia untuk melayani kapan saja, meskipun hal itu hanyalah untuk mendoakan orang-orang. Mabuk atau kecanduan obat-obatan membuat seseorang tidak mampu bertindak efektif bagi Tuhan.
Obat-obatan dipakai untuk mengubah keadaan mental seseorang jadi “melarikan diri dari kenyataan” memberikan keadaan yang sama seperti yang dilakukan alkohol, yaitu, membuat orang “kehilangan kendali” pikirannya. Seperti alkohol, orang yang “kecanduan” obat-obatan tidak dapat memenuhi perintah “”berjaga-jaga dan sadar (mengendalikan diri).” Banyak obat-obat yang memberi halusinasi, dan sebuah halusinasi adalah ”kesadaran, keyakinan, atau impresi yang palsu; ilusi; atau khayalan.” Dalam Alkitab, kata bahasa Yunani untuk ”kebenaran” berarti ”kenyataan.” Sasaran Setan adalah membuat orang bertindak berdasarkan kenyataan palsu.
Alkitab secara tidak langsung membicarakan tentang penggunaan obat-obatan secara menyimpang, dan itu berhubungan dengan kemabukan, seperti ayat berikut, di mana kata bahasa Yunani untuk “ilmu sihir” adalah pharmakeia, yang mencakup “penggunaan atau pemakaian obat-obatan,” “diracuni [oleh obat-obatan]” (Thayer’s Lexicon), dan kata lain, pharmakon, dalam Wahyu 9:2 berfokus pada “penggunaan racun atau obat-obatan tertentu” dan bentuk mantra (Louw Nida Greek Lexicon). Akar kata yang sama ini diterjemahkan juga sebagai “sihir” (lihat Why. 9:21, 18:23, 21:8, 22:15). Terjemahan ”ilmu sihir” yang dipakai dalam sebagian besar versi Inggris karena pharmakeia berhubungan dengan pemakaian obat-obat, di mana obat-obat dipergunakan untuk racun, mantra, dsb. Dengan memahami bahwa pharmakeia berkaitan dengan pemaikaian obat-obat, perhatikan bagaimana kata itu muncul, seiring dengan kemabukan, di dalam daftar ”perbuatan daging” dalam Galatia.
Galatia 5:19-21
(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
(20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
(21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya
Obat-obat penenang dan perangsang halusinasi tidak ditemukan dalam Haight-Asbury dalam tahun 1960-an. Itu sudah menjadi senjata dalam persenjataan Setan selama beribu-ribu tahun, dan benda-benda itu sudah dipakai secara signifikan untuk menghancurkan jutaan hidup manusia, seperti yang diteguhkan oleh Alkitab dan sejarah.
Ada kebenaran alkitabiah yang lain yang memperjelas bahwa penggunaan obat-obat penenang dan yang merangsang halusinasi adalah berbahaya. Kita harus merawat tubuh kita agar dapat melayani Tuhan selama bertahun-tahun, dan obat-obat secara jasmani melemahkan tubuh. Juga, kita harus mengurus sumber keuangan yang diberikan Tuhan kepada kita, dan memakai uang kita untuk membeli obat-obat seperti itu sama sekali bukanlah penatalayanan yang baik. Lebih dari itu, banyak pemakai obat-obat terlarang melakukan kejahatan untuk membiayai kebiasaan mereka, dan kejahatan itu berkisar antara mencuri dari pecandu yang lain hingga membunuh orang yang tidak bersalah untuk memperoleh “barang haram” itu. Jadi, jauh melampaui dosa kemabukan atau pemakaian obat terlarang itu sendiri adalah menjurus kepada gaya hidup berbohong, mencuri dan membunuh. Singkatnya, pemakaian obat-obat terlarang merenggut kita dari “hidup yang sejati.”
Banyak pemakai obat-obat terlarang berkata bahwa mereka mencari kedamaian, sukacita dan “merasa melayang” yang diberikan oleh obat-obat itu. Betapa menyedihkan. Apa saja yang dikategorikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baik yang dapat dilakukan obat terlarang adalah sesuatu yang hanya dapat diberikan Tuhan, Bapa Surgawi kita, melalui Yesus Kristus. Tuhan merancang kita untuk menikmati hidup dan terlibat di dalamnya, dan yang disebutkan sebagai manfaat obat terlarang dan minuman keras adalah sesuatu yang sangat palsu. Pemakaian obat penenang dan mabuk adalah mementingkan diri sendiri dan berbahaya, dan kecanduan bukanlah suatu jalan keluar dari rasa sakit, justru itulah rasa sakit yang paling parah, seperti yang disaksikan dengan sedih oleh ribuan orang mantan pecandu. Sebaliknya, sebuah hubungan yang intim dengan Tuan Yesus memberikan kita segalanya itu, bahkan lebih. Jadi kita tidak perlu merasa kecewa dan mencari pemecahan palsu untuk perubahan keadaan mental. Kita akan begitu penuh dengan sukacita dan damai sejahtera sehingga apa saja yang mengubah itu adalah ”obat yang tidak benar.”
Sumber: http://www.truthortradition.com/
Posting Komentar Blogger Facebook
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.